malam mencengkram,
hanya ada aku dan kerinduan yang mendalam. aku bersandar melihat
butiran-butiran air yang turun dari langit, merasakan hembusan angin yang
membuatku terdiam, teringat ku akan sosok seseorang yang belum ku temukan
siapakah dia, dimanakah dia, dan sedang apakah dia? aku terpana sambil ku
pandangi langit yang berselimut awan hitam dan dihalangi butiran air. aku
sangat merasakan kegundahan dan kegalauan dalam hatiku, ku curahkan segala isi
hatiku dimalam tanpa bintang itu, dimalam yang sangat hampa dengan di selimuti
kebisuan yang amat sangat, hanya terdengar suara rintikan hujan yang mengalun
digendang telinga ku, hingga tiupan angin yang menyentuh samapi ke sum-sum
tulang ku.
masih kurasakan kerinduan itu, masih kurasakan boncahan rasa yang menggebu-gebu
dalam dada yang membuat ku ingin segera bertemu dengan sosok yang paling
kuat yang melekat pada pikiranku saat ini.
malam, hujan, dan angin menemaniku mengisi kerinduan ini, membuat
kerinduanku semakin menggebu, dengan adanya mereka. ketika malam rasa rindu itu
semakin terasa hingga tak terbendung. hujan menjadikan ku semakin tersadar akan
rindunya aku kepada sosok dirimu. angin ku lihat sebagai perantara untuk
menyampaikan kerinduanku kepadamu.
jika kau tahu dan mengerti, disetiap tetes hujan yang turun saat
itu, ku selipkan kalimat yang menyampaikan kerinduanku akan sosok dirimu. dan
jika angin benar-benar bisa membawa pesanku untuk mu, ketahuilah, dirimu selalu
ada disetiap permohonan didalam do’a ku. wahai sosok yang kurindukan..
(source: cintia
imami)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar